Rabu, 20 Mac 2013


Nusaibah binti Kaab : Serikandi perang

Nusaibah merupakan salah seorang daripada serikandi Islam dan merupakan pejuang Muslimah Islam yang pertama. Dia turut serta dalam Perang Uhud, Perang Hudaibiyyah, Perang Hunain dan Perang Yamamah serta menyaksikan Bait al-Aqabah.


Nusaibah binti Kaab dikenal dengan julukan Ummu Umara. Nusaibah merupakan anak Kaab bin Amr dan Rabbab binti Abdullah bin Habib. Ia memiliki dua orang saudara iaitu Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman bin Kaab.


Nusaibah berkahwin dengan Zaid bin Asim. Dari pernikahannya, ia memiliki dua orang anak iaitu Abdullah dan Habib. Pada suatu hari, Zaid pulang dengan gembira. Zaid bercerita, bahwa ia baru saja mendengar dari Mush'ab bin Umair, seorang penduduk Makkah utusan Muhammad bin Abdullah tentang bangkitnya seorang Rasul di kalangan kaum quraiys. Ia bercerita tentang Muhammad saw, seorang Rasul yang tetap tegar berda'wah walaupun dimusuhi kaumnya. Muhammad juga tidak tergiur dengan harta dan kedudukan yang ditawarkan kepadanya. Cerita itu sangat menyentuh hati Zaid.

Kemudian Zaid berkata,"Demi Allah, saya tidak hanya heran mendengar cerita itu, tetapi saya beriman dan bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Andaikata kedua telingamu mendengarkan cerita Mush'ab tentang Muhammad dan da'wahnya, niscaya engkau tidak akan mengingkarinya."

Mendengar perkataan suaminya, hati Nusaibah tergerak. Kemudian dengan penuh keharuan ia berkata : "Saya beriman kepada Allah sebagai illah dan Muhammad sebagai nabi." Kemudian keduanya berjanji untuk melakukan bai'at pada musim haji yang akan tiba beberapa saat kemudian.

Saat musim haji tiba, rombongan dari Madinah datang ke Mekkah. Mereka kemudian dipertemukan oleh Mush'ab dengan Rasulullah dan melakukan bai'at. Nusaibah dan suaminya termasuk orang yang ikut berbai'at kepada Nabi dalam keheningan malam di Aqabah.

Setelah peristiwa itu, Nusaibah dan suaminya beserta rombongan dari Madinah kembali pulang. Beberapa saat kemudian, Rasulullah berhijrah ke Madinah dan menjadikan Madinah sebagai pusat da'wah dan pemerintahan.

Nusaibah, suami dan kedua putranya adalah orang-orang yang senantiasa istiqomah dengan keimanan mereka dan membantu da'wah Rasulullah. Saat Perang Badar, Abdullah putranya ikut berjuang dengan gagah berani menegakkan panji-panji Islam sampai umat Islam mendapat kemenangan. Tak lama setelah kembalinya pasukan dari Perang badar, Zaid meninggal dunia


Nusaibah kemudian dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya dengan Ghaziyah, Nusaibah mempunyai dua orang anak iaitu Tamim dan Khawlah. Kesibukan Nusaibah mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya tidak membuatnya mengurangi perannya dalam da'wah dan perjuangan umat Islam.


Nusaibah bersama suami dan putra-putranya ikut dalam Perang Uhud, Peristiwa Hudaybiah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka. Lebih dari itu, ia juga terjun ke medan perang dan mengangkat senjata untuk melindungi Rasulullah saw. Pada perang Uhud, Nusaibah menderita dua belas luka pada tubuhnya dengan luka paling parah di bagian lehernya. Bahkan pada Perang Yamamah, selain mendapat sebelas luka, tangannya juga terpenggal oleh musuh.

Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebahagian kaum muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Abu Bakar as-shiddiq yang menjadi khalifah pada waktu itu segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah dan menunjuk Habib sebagai utusannya. Musailamah memerintahkan Habib untuk menyatakan bahwa ia adalah utusan Allah. Namun Habib menolaknya dengan alasan bahwa ia tuli.

Musailamah yang merasa marah akhirnya menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan puteranya Abdullah ikut memerangi Musailamah sampai ia tewas di tangan mereka berdua.

Beberapa tahun setelah peristiwa Perang Yamamah , Nusaibah meninggal dunia. Sedangkan Abdullah anaknya syahid bertahun-tahun kemudian saat mempertahankan Kota Madinah. (Inayati)


Nusaibah di Perang Uhud

Ketika Perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Apabila tentera Islam menjadi terdesak dan lari dari medan perang, cuma ada seratus orang sahaja yang tetap bertahan dan Nusaibah adalah salah seorang yang menghunuskan pedang serta memakai perisai bagi melindungi Rasulullah dari dikejar musuh.

Kesungguhan Nusaibah melindungu Rasulullah begitu hebat, inggakan Rasulullah berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.”

Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia mengikat luka anaknya lalu berkata,“Bangun wahai anakku.” Anaknya itu terus bangun dan melawan tentera musuh.

Rasulullah yang melihat peristiwa itu merasa terharu. “Wahai Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat seperti mana yang engkau lakukan?” kata Rasulullah kepadanya.

Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu menghampiri, Rasulullah berkata kepadanya, “Ini dia orang yang telah melukakan anakmu.” Nusaibah menghampiri orang itu dan menikam betisnya dengan pedang.

“Ya, Ummu Imarah! Engkau berjaya membalasnya,” kata Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah.

Kemudian, Nusaibah dengan bantuan beberapa tentera Muslimin berjaya membunuh orang itu. Melihatkan keadaan ini, Rasulullah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menenangkanmu dan menggembirakan hatimu daripada musuhmu serta memperlihatkan balas dendammu dihadapanmu.”

Ketika Perang Uhud ini, Nusaibah mengalami luka yang banyak, terutamanya di bahagian bahu. Rasulullah memeriksa lukanya lalu meminta Abdullah, anaknya untuk mengikat luka tersebut sambil berkata, “Semoga Allah sentiasa memberkati dan merahmati kamu semua.”

Nusaibah mendengar kata-kata Rasulullah itu. “Ya Rasulullah! Mohonlah kepada Allah agar kami boleh menemanimu di syurga nanti,” kata Nusaibah.

Maka Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah! Jadikalnlah mereka semua ini penemanku di syurga kelak.”

“Aku tidak akan mengeluh setiap musibah yang menimpa diriku di dunia ini,” kata Nusaibah sebagai membalas.


Nusaibah di Perang Yamamah

Perang terakhir yang diikuti oleh Nusaibah ialah Perang Yamamah. Perang ini berlaku ketika pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Siddiq bagi memerangi orang-orang murtad yang diketuai oleh Musailamah al-Kazzab.

Nusaibah berperang dengan sesungguh hatinya walaupun ketika itu sebelah tangannya telah putus. Ketika tentera Islam berjaya membunuh Musailamah dan para pengikutnya, dia bersujud kepada Allah sebagai tanda kesyukuran akan berakhirnya fitnah tersebut.

Nusaibah punya karamah.

Nusaibah dikurniakan Allah dengan pelbagai kelebihan yang tiada pada orang lain. Ketika Rasulullah mencukur rambutnya di al-Hudaibiyyah, para sahabat berusaha mendapatkan rambut tersebut. Nusaibah mengambil beberapa helai rambut dan air cucian rambut ini digunakan oleh pesakit untuk mandi dan minum. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh.

Tangannya sebelah telah putus ditetak musuh semasa Perang Yamamah. Apabila ada orang yang sakit datang menemuinya, Nusaibah akan mengusap si pesakit menggunakan tangannya yang kudung itu sambil berdoa supaya sembuh. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh.

Selasa, 15 Mei 2012

Jagalah Auratmu wahai muslimat


wahai saudaraku kaum wanita yang di kasihi dan di sayangi oleh allah.ingatlah auratmu,sesungguhnya aurat itu wajib di jaga dan dipelihara karena salah satu tempat maksiat ada di wanita
Al-Quran surat
Al-Ahzab (33): 59 yang menugaskan Nabi Saw. agar menyampaikan kepada istri-istrinya anak-anak perempuannya serta wanita-wanita Mukmin agar mereka mengulurkan jilbab mereka:
 "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu (oleh lidah/tangan usil).


Sabtu, 21 April 2012

Tarbiyah Islamiyah bukan sekadar membentuk seseorang itu menjadi mukmin untuk dirinya, beramal dan bertaqwa seorang diri sahaja. Bahkan ia bertujuan melahirkan mukmin yang sedia berkhidmat, memberi sumbangan kepada Islam dan berjihad pada jalan Allah SWT.
Rasulullah SAW mendidik para sahabatnya sehingga menjadi mujahid yang kukuh iman mereka, sentiasa bersedia untuk berkorban dan berjihad pada jalan Allah. Apabila Islam berhajat kepada kerja dakwah, maka tampillah para da'i yang jujur, berani dan sabar menyampaikan risalah Islam melalui lisan dan contoh yang baik. Apabila Islam memerlukan pengorbanan harta benda, maka tampillah sahabat yang mempunyai harta kekayaan menyerahkan harta benda mereka kepada Rasulullah SAW dengan penuh keredhaan tanpa bakhil, seperti Abu Bakar al-Siddiq, Umar al-Khattab, Osman Ibn Affan dan Abdul Rahman al-'Auf.
Semua ini adalah peribadi yang lahir hasil daripada tarbiyah imaniyah yang berjalan di dalam madrasah Rasulullah SAW. Didikan Rasulullah SAW bukan untuk melahirkan ahli falsafah atau kumpulan sufi yang asyik dengan riadah ruhiyah semata-mata tanpa menghiraukan tipudaya musuh yang ingin menghancurkan Islam. Rasulullah SAW pernah menegur seorang lelaki yang ingin mengasingkan diri untuk beribadah dan meninggalkan jihad. Kata Rasulullah SAW kepada lelaki itu;
"Jangan kamu lakukan demikian. Sesungguhnya tegak seseorang kamu di jalan Allah (berjihad) adalah lebih utama daripada ia sembahyang dirumahnya selama 70 tahun. Apakah kamu tidak suka Allah mengamponkan kamu serta memasukkan kamu ke dalam syurga? Berjihadlah pada jalan Allah. Sesiapa yang berperang pada jalan Allah di atas belakang unta , maka wajiblah baginya syurga" (Hadis riwayat At-Tarmizi).
Hasan al-Banna pernah menyebutkan:
'Jihad adalab fardu yang berjalan terus sampai hari kiamat."
Sabda Rasuluilah SAW:
"Barangsiapa mati padahal dia tidak berjihad dan tidak pernah berniat berjihad, maka matinya seperti  mati jahiliyah.'
Serendah-rendah tingkat iihad itu ialah dengan cara membantah di dalam hati, dan setinggi-tingginya ialah perang fi sabilillah kerana kebenaran.  Di antara kedua-dua tingkatan itu terdapat cara-cara jihad yang lain seperti berjihad dengan lidah, berjihad dengan pena, berjihad dengan tangan dan bejihad dengan cara berani bercakap benar di hadapan raja yang zalim.  Semua sifat dan tingkatan jihad tersebut akan lahir melalui proses Tarbiyah lmaniyah, lnsyaallah.
Proses Tarbiyah mesti berterusan
Proses Tarbiyah lmaniyah mestilah berterusan, tidak boleh diabaikan atau dihentikan separuh jalan atau ditamatkan.  Silibusnya mencakupi sepanjang hayat seorang muslim.
Menurut Al Syekh Mustafa Masyur bahawa Tarbiyah dan pembersihan jiwa diumpamakan seperti makanan dan siraman bagi pokok yang disemai atau ditanam.  Jika pokok tidak dibajai dan disirami sentiasa, maka ia akan layu dan kering. la akan terus hidup subur jika dibajai dan disirami.  Demikianiah manusia.  Hidup sebenarnya bagi individu atau jemaah adalah kerana adanya iman. Hidup manusia sebenarnya adalah hidup hatinya dengan keimanan bukan hidup jasad yang akan fana. Iman di dalam hati itulah yang akan melahirkan kehidupan yang bermakna. Hati perlu digilap seialu kerana ia mungkin berkarat. Rasuluilah SAW bersabda yang bermaksud:
"Sesunggubnya hati manusia itu berkarat seperti berkaratnya besi. Sababat-sababat bertanya: Apakah pengilapnya wahai Rasulullah?. Rasulullah menerangkan: membaca Al Quran dan mengingati maut (mati).' (HR Al Baibaqi)
lman yang berada dalam iiwa manusia sentiasa terdedah kepada kelunturan dan kelemahan kerana dijangkiti oleh berbagai penyakit seperti kesibukan urusan duniawi, dan lain-lain.  Oleh itu kita perlu banyak memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan sentiasa memperbaharui keimanan kita. Sabda Rasuluilah SAW:
"Sesungguhnya iman itu boleb lusuh seperti lusuhnya pakaian, maka bendaklah kamu memobon doa kepada Allah SWT supaya diperbaharui keimanan itu di dalam jiwa kamu.' (HR Al Hakim dan At Tabrani)
Faktor kejayaan Tarbiyah lslamiyah
Dr. Yusuf AI Qardhawi dalam bukunya, telah menjelaskan bahawa di sana ada beberapa faktor yang membantu menjayakan Tarbiyah lslamiyah, antaranya :
i.     Keyakinan sepenuhnya bahawa tarbiyah adalah satu-satunya wasilah yang paling berkesan untuk merubah masyarakat, melahirkan rijal don seterusnya mencapai kejayaan. Melalui tarbiyahlah Rasuluilah SAW berjaya membentuk generasi rabbani sebagai contoh yang sukar ditandingi.
Jalan Tarbiyah adalah jalan yang jauh, jalan yang sukar dan jalan yang bertahap-tahap.  Sedikit sekali yang mampu mengharungi jalan ini, tapi ianya satu-satunya jalan untuk sampai kepada kejayaan.
ii.     Hanya Tarbiyah Islam yang mempunyai manhaj dan matlamat, lengkap dalam semua aspek dan jelas dari segi sumber, proses don perancangannya.
iii.    Tarbiyah lslamiyah mampu mewujudkan suasana masyarakat yang harmoni.  Suasana ini membantu setiap anggota masyrakat hidup secara Islam. Masyarakat dididik tentang cara memberi tunjuk ajar, cara bersimpati, memberi pertolongan dan sebagainya. Setiap anggota merasa sedikit dengan dirinya dan merasa banyak dengan sahabat. Dia merasa lemah bila bersendirian dan merasa kuat dengan berjemaah.
iv.   Adanya pemimpin yang bersifat pendidik dengan fitrah yang Allah anugerahkan kepadanya. Pengetahuan dan pengalamannya menjadikan Tarbiyahnya lahir daripada hati sanubari yang bersih dan ikhlas kerana Allah SWT semata-mata. Setiap perkataan yang keluar dari hati akan masuk ke hati-hati yang lain tanpa sekatan. Perkataan yang hanya lahir dari lidah semata-mata tidak akan mampu melewati telinga pun. Perpatah ada menyatakan: "Orang yang kehilangan sesuatu benda nescaya ia tidak akan dapat memberikannya."
v.   Mempunyai pendidik-pendidik yang ikhlas, berwibawa dan beramanah mengikut jalan pemimpin agong Muhammad SAW.  Tidaklah dimaksudkan pendidik di sini mereka yang keluar dari pusal-pusat pengajian tinggi dalam bidang tarbiyah atau pendidikan, dengan ijazah masters atau PhD. Yang dimaksud dengan pendidik di sini ialah mereka yang mempunyai keimanan yang tinggi, kerohanian yang kuat, jiwa yang bersih, kemahuan yang kental, simpati yang luas dan kewibawaan yang memberi kesan kepada orang lain.  Dia mungkin seorang jurutera atau seorang pegawai biasa atau seorang peniaga atau seorang buruh yang tidak ada kaitan dengan prinsip-prinsip atau
sistem pendidikan.
vi.   Menggunakan berbagai-bagai wasilah seperti kegiatan-kegiatan di dalam halaqat, usrah-usrah, dan katibah-katibah yang dijuruskan ke arah matlamat pembangunan insan muslim yang soleh dan sempurna.
PENUTUP
Menjadikan Islam sebagai satu alternatif penyelesaian kepada masalah umat manusia mestilah lahir daripada keyakinan yang berteraskan keimanan, bukan disebabkan kegagalan sistem sistem lain. Islam hanya boleh memainkan peranannya untuk menyelesaikan masalah manusia apabila ianya diambil secara syumul dalam bentuk konkrit.  Oleh itu setiap pekerja (amilin) Islam mestilah dibentuk dan diproses berteraskan aqidah tauhid yang bersumberkan daripada Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.  Islam tidak akan dapat dibangunkan tanpa rijal (pahlawan).  Rijal tidak dilahirkan tanpa melalui proses Tarbiyah.  Dan Tarbiyah tidak akan memberi sebarang kesan tanpa penglibatan dan penghayatan yang bersungguh-sungguh daripada setiap individu.  Adalah menjadi harapan dan keyakinan setiap muslim bahawa masa depan adalah milik Islam.

Khamis, 29 Mac 2012

Perihal Nuzul Al-Quran

Nuzul Al-Quran
Sejarah al-Quran: 
Antara peristiwa agung dalam sejarah umat Islam di bulan Ramadan ialah turunnya kitab suci al-Quran atau disebut Nuzul al-Quran. Ia dirakamkan dalam al-Quran, melalui firman Allah yang bermaksud: “Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekelian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbezaan antara yang benar dan yang salah.” (Surah al-Baqarah, ayat 185) 
Peristiwa Nuzul al-Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, di Gua Hira’ tahun ke-41 daripada keputeraan Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Quran merupakan mukjizat yang paling besar yang dikurniakan kepada Nabi s.a.w. Kita hendaklah beriman dan mempercayai isi kandungan al-Quran. Beriman dengan al-Quran merupakan salah satu dalam Rukun Iman.  
Erti Nuzul al-Quran:  
‘Nuzul’ bererti turun atau berpindah, iaitu berpindah dari tempat sebelah atas ke tempat di sebelah bawah. ‘Al-Quran’ pula bermaksud bacaan atau himpunan. Ia dikatakan sebagai bacaan kerana al-Quran itu untuk dibaca oleh manusia. Ia juga dikatakan himpunan kerana dalam al-Quran itu terhimpun ayat-ayat yang menjelaskan pelbagai perkara yang meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, munakahat dan sebagainya.
Nama-Nama Lain: 
Selain disebut al-Quran, ia juga disebut al-Kitab, al-Furqan, An-Nur, al-Zikr dan lain-lain.

Proses Penurunan al-Quran:
Al-Quran diturunkan beransur-ansur dalam masa 23 tahun. 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.  
Kehebatan al-Quran:  
  1. Allah berfirman yang bermaksud: “Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnya jika sekalian manusia dan jin berhimpun dengan tujuan hendak membuat dan mendatangkan sebanding dengan al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat dan mendatangkan sebanding dengannya walaupun mereka bantu-membantu sesama sendiri.” (Surah al-Israa’, ayat 88) 
  2. Orang yang membaca, menghafaz dan melihat sambil memikirkan keajaiban yang ada pada susunannya diberikan pahala. 
  3. Al-Quran sumber hidayah bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. 
  4. Tidak sesiapa pun sama ada di kalangan manusia atau jin yang mampu mencipta ayat yang menyerupai al-Quran. Firman Allah yang bermaksud: “dan jika kamu merasa ragu-ragu dengan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, bawalah satu surah yang seumpamanya, ajaklah saksi-saksi (penolong-penolong) kamu, selain Allah, sekiranya kamu (di kalangan) orang yang benar.” (al-Baqarah, ayat 23). 
  5. Al-Quran merupakan mukjizat tertinggi dan teristimewa yang hanya dikurniakan kepada Nabi s.a.w. 
  6. Manusia belum mampu menyelami dan menerokai rahsia al-Quran secara menyeluruh sehingga hari ini. Ini bererti sifat kehebatan, kesaktian, keagungan dan keunggulan al-Quran secara tersendiri dengan pengertiannya yang amat luas dan mendalam kekal terpelihara hingga kiamat. 
  7. Al-Quran sebagai petunjuk jalan kebenaran. Membawa manusia daripada kegelapan kepada cahaya yang terang. Allah berfirman yang bermaksud: “Inilah Kitab yang tiada keraguan padanya, menjadi petunjuk kepada orang yang bertakwa.” (al-Baqarah, ayat 2)
  8. Membaca al-Quran mendapat ganjaran pahala dan syafaat daripada Allah. Rasulullah s.a.w bersabda dengan maksud: "Bacalah al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya.”  
Tuntutan al-Quran:  
Sesungguhnya al-Quran mempunyai tiga hak yang wajib ke atas umat Islam untuk menunaikannya. 
  1. Hak untuk membaca dan bertilawah kepadanya. 
  2. Hak untuk bertakbir atau memahami makna dan menjiwai kehidupan. 
  3. Hak untuk beramal dengan seluruh isi kandungannya.  
Peringatan:  
  1. Al-Quran untuk dibaca bukan dijadikan perhiasan. 
  2. Al-Quran tidak menjadi syifa’ (ubat) bagi orang yang ingkar dan zalim. 
  3. Al-Quran menjadi petunjuk kepada orang-orang yang bertakwa. 
  4. Hati yang keras boleh dilembutkan dengan hidayah al-Quran dengan keizinan Allah. 
  5. Pesan Nabi s.a.w: Aku tinggalkan dua perkara yang jika kamu berpegang kepada kedua-duannya, nescaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, iaitu Kitab Allah (al-Quran) dan Sunnahku (al-Hadis). 
Semoga Ramadan kali ini membawa rahmat buat kita semua. Amin.

(Petikan Asal: Education Malaysia, Washington D.C.)

Rabu, 21 Mac 2012

Sabda Rasulullah S.A.W. ketika menggali Parit Khandaq; “..Constantinople (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera……”  (Hadis riwayat Imam Ahmad)
Umat Islam berlumba-lumba membebaskan Constantinople untuk mendapatkan penghormatan yang dijanjikan oleh Allah swt di dalam Hadis tersebut. Walau bagaimanapun, kesemua kempen yang dilancarkan menemui kegagalan. Di antaranya, 5 kempen di zaman Kerajaan Umayyah, 1 kempen di zaman Kerajaan Abbasiyah dan 2 kempen di zaman Kerajaan Uthmaniyah.
Di dalam salah sebuah kempen semasa zaman Kerajaan Umayyah, seorang sahabat besar Nabi saw iaitu Abu Ayyub Al Ansary R.A. telah syahid dan dimakamkan di bawah dinding kubu Kota Constantinople di atas wasiatnya sendiri. Apabila ditanya kenapa beliau ingin dimakamkan di situ maka beliau menjawab, “Kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja yang akan mengetuai sebaik-baik tentera semasa mereka membebaskan Constantinople”. Begitulah teguhnya iman seorang sahabat besar Nabi saw.
Hadis Nabi saw ini direalisasikan hampir 800 tahun kemudiannya oleh Sultan Muhammad Al Fatih, khalifah ke-7 Kerajaan Uthmaniyyah dan 150,000 orang tenteranya.
Siapakah Sultan Muhammad Al Fatih? Apakah kehebatan Baginda dan tentera-tenteranya sehingga disebut “sebaik-baik raja” dan “sebaik-baik tentera” di dalam hadis tersebut.
PENGENALAN

Baginda dilahirkan pada 26 Rejab 835 Hijriah (29 Mac 1432 ) di Adrianapolis (sempadan Turki – Bulgaria). Walau bagaimanapun, sejarah hidup Baginda sebenarnya telah bermula hampir 800 tahun sebelum kelahirannya kerana telah disebut sebagai “sebaik-baik raja” di dalam Hadis tadi. Baginda juga dikenali dengan gelaran Muhammad Al Fatih kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.
Baginda menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (855 – 886H / 451 – 1481M). Baginda merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentera agung yang memimpin sendiri 25 kempen peperangan. Baginda mangkat pada hari Khamis, 4 Rabiul Awal 886 bersamaan dengan 3 Mei 1481 kerana sakit gout. Ada ahli sejarah berpendapat Baginda diracun.  
PENDIDIKAN
Baginda menerima pendidikan yang menyeluruh dan bersepadu. Di dalam bidang keagamaan, gurunya adalah Syeikh Shamsuddin Al Wali dikatakan dari keturunan Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq R.A. Di dalam ilmu peperangan pula, Baginda diajar tentang tektik peperangan, memanah dan menunggang kuda oleh panglima-panglima tentera.
 
Di dalam bidang akademik pula, baginda adalah seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih bertutur dalam 7 bahasa iaitu Bahasa Arab, Latin, Greek,  Serbia, Turki, Parsi dan Hebrew. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketenteraan, sains, matematik. Di dalam bidang Ilmu politik pula, ayahandanya, Sultan Murad II, ketika memencilkan diri di Pulau Magnesia, telah melantik Baginda yang baru berusia 12 tahun memangku jawatan Khalifah. Ia bertujuan untuk mendidik bagina dalam usia yang sebitu muda. Walaupun begitu baginda telah  matang menangani tipu helah musuh.
KEPERIBADIAN
Muhammad al-Fatih merupakan seorang sultan yang mementingkan kekuatan dalaman dan luaran para tenteranya. Baginda seorang pemimpin yang hebat, warak dan tawaduk selepas Sultan Salahuddin Al-Ayubbi (pahlawan Islam dalam Perang Salib) dan Sultan Saifuddin Muzaffar Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain Jalut menentang tentera Mongol). Malah sifat-sifat baginda dan tenteranya telah diisyaratkan oleh Rasulullah S.A.W dalam hadis.
Baginda sentiasa bersifat tawaduk dan rendah diri. Semasa membina Benteng Rumeli Hissari, Baginda membuka baju dan serbannya, mengangkat batu dan pasir hingga ulamak-ulamak dan menteri-menteri terpaksa ikut sama bekerja
Baginda seorang yang sentiasa tenang, pendiam, berani, sabar, tegas dan kuat menyimpan rahsia pemerintahan. Baginda sangat cintakan ulamak dan selalu berbincang dengan mereka tentang permasalahan negara.
PERSIAPAN AWAL MEMBEBASKAN CONSTANTINOPLE
Selama 2 tahun selepas menaiki takhta, Baginda mengkaji pelan Kota Costantinople setiap malam bagi mengenal pasti titik kelemahannya. Baginda juga mengkaji sebab-sebab kegagalan kempen-kempen terdahulu serta berbincang dengan panglima-panglima perangnya tentang tentang strategi yang sesuai untuk digunakan.
Baginda mengarahkan dibina peralatan perang termoden seperti meriam besar yang boleh menembak bom seberat 300 kg sejauh 1 batu. Benteng Rumeli Hissari dibina di tebing sebelah Eropah, lebih kurang 5 batu dari Kota Constantinople di mana Selat Bosphorus adalah yang paling sempit.
Selat Bosphorus dari Satelit
Benteng Rumali Hisari
Peta di dalam benteng Rumali Hisari
Bosphorus adalah sebuah selat yang memisahkan Turki bahagian Eropah dan bahagian Asia, menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selat ini sepanjang 30 kilometer, dan lebar maksimum 3.7 kilometer pada bagian utara, dan minimum 750 meter antara Anadoluhisar? dan Rumelihisar?. Kedalamannya antara 36 hingga 124 meter.
Ia dibina bertentangan dengan Benteng Anadolu Hisar di tebing sebelah Asia yang telah dibina oleh Sultan Bayazid Yildirim dahulu. Benteng ini mengawal rapi kapal-kapal yang melintasi Selat Bosphorus. Perjanjian damai dibuat dengan pihak Wallachia, Serbia dan Hungary untuk memencilkan Constantinople apabila diserang nanti.
Baginda membawa bersama para ulamak dan pakar motivasi ke medan perang bagi membakar semangat jihad tenteranya. Sebaik sahaja menghampiri dinding kubu Kota Constantinople, Baginda mengarahkan dilaungkan Azan dan solat berjemaah. Tentera Byzantine gentar melihat 150,000 tentera Islam bersolat di belakang pemimpin mereka dengan laungan suara takbir memecah kesunyian alam.
MELANCARKAN SERANGAN KE ATAS CONSTANTINOPLE
Setelah segala persiapan lengkap diatur, Baginda menghantar utusan kepada Raja Byzantin meminta beliau menyerah. Keengganan beliau mengakibatkan kota tersebut dikepung. Pada 19 April 1453, serangan dimulakan. Kota tersebut hujani peluru meriam selama 48 hari. Setengah dinding luarnya rosak tetapi dinding tengahnya masih teguh.
MENARA BERGERAK
Seterusnya Baginda mengarahkan penggunaan menara bergerak yang lebih tinggi dari dinding kubu Byzantine dan memuatkan ratusan tentera. Tentera Byzantin berjaya memusnahkan menara tersebut setelah ianya menembusi dinding tengah kubu mereka.
BANTUAN DARI POPE VATICAN
Pope di Rome menghantar bantuan 5 buah armada yang dipenuhi dengan senjata dan tentera. Perairan Teluk Golden Horn direntang dengan rantai besi untuk menghalang kemaraan armada Uthmaniyah. Ini menaikkan semula semangat tentera Byzantin.
Rantai direntang sepanjang Teluk Golden Horn
Rantai yang digunakan oleh tentera Byzantin untuk menghalang armada al-Fateh
PERANG DARI PUNCAK GUNUNG
Kegembiraan mereka tidak lama. Keesokan paginya, mereka dikejutkan dengan kehadiran 72 buah kapal perang Uthmaniyah di perairan Teluk Golden Horn. Ini adalah hasil kebijaksanaan Baginda mengangkut kapal-kapal ke atas gunung dan kemudian diluncurkan semula ke perairan Teluk Golden Horn. Tektik ini diakui sebagai antara tektik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri. Kapal-kapal itu kemudiannya membedil dinding pertahanan belakang kota.
                                           
Kapal-kapal perang tentera Byzantin habis terbakar kerana bedilan meriam Uthmaniyah. Pertahanan Byzantin menjadi semakin lemah. Baginda mengambil kesempatan pada malamnya dengan memberikan semangat kepada tenteranya serta mengingatkan mereka kepada Hadis Rasulullah saw dan bersama-sama berdoa kepada Allah swt.
MEMANJAT DAN MELASTIK DINDING
Keesokan paginya tentera Uthmaniyah cuba memanjat dinding dalam kubu dengan tangga dan cuba merobohkannya dengan lastik besar. Tentangan sengit pihak Byzantin menyebabkan ramai yang syahid. Baginda memerintahkan tenteranya berundur dan bedilan meriam diteruskan sehingga tengahari.
KARISMA SEORANG PEMIMPIN
                                         
Pengepungan selama 53 hari tanpa sebarang tanda-tanda kejayaan  telah menimbulkan rasa bosan dan menghilangkan keyakinan tentera Baginda. Pada saat yang genting ini Baginda berucap menaikkan semangat tenteranya, “Wahai tenteraku, aku bersedia untuk mati di jalan Allah. Sesiapa yang mahu syahid ikutlah aku!”.
Mendengarkan itu, Hasan Ulubate, salah seorang tentera Baginda mengetuai sekumpulan kecil 30 tentera membuka dan melompat masuk ke dalam kubu musuh lantas memacak bendera Islam di situ. Mereka kesemuanya gugur syahid setelah dihujani anak panah musuh. Kemudian tentera-tentera Islam menyerbu bertali arus menembusi barisan pertahanan Byzantin sambil melaungkan kalimah Allahu Akbar.
PENAWANAN CONTANTINOPLE
Pada 20 Jumadil Awwal 857 / 29 Mei 1453, Kota Constantinople jatuh ke tangan Islam. Baginda menukar namanya kepada Islambol (Islam keseluruhan) . Gereja Besar St Sophies ditukar kepada Masjid Aya Sofiya. Baginda dengan tawaduknya melumurkan tanah ke dahinya lalu melakukan sujud syukur. Semenjak peristiwa inilah Baginda diberi gelaran “Al Fatih” iaitu yang menang kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.
SEBAIK-BAIK RAJA DAN SEBAIK-BAIK TENTERA
Pada kali pertama solat Jumaat hendak didirikan, timbul pertanyaan siapa yang layak menjadi imam. Baginda memerintahkan kesemua tenteranya termasuk dirinya bangun lantas bertanya, “Siapa di antara kita sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan solat fardhu walau sekali sila duduk!”. Tiada seorang pun yang duduk, kerana  tidak seorang pun di antara mereka pernah meninggalkan solat fardhu.
Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga kini pernah meninggalkan solat sunat rawatib sila duduk!”. Sebahagian daripada tenteranya duduk.
Kemudian Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kamu sejak baligh hingga ke saat ini pernah meninggalkan solat tahajjud walaupun satu malam, sila duduk!”. Kali ini semuanya duduk, kecuali  Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri. Baginda tidak pernah meninggalkan solat fardhu, Solat Sunat Rawatib dan Solat Tahajjud sejak baligh. Inilah dia anak didikan Syeikh Shamsuddin Al Wali. Bagindalah sebaik-baik raja yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadisnya itu.
INGATAN
Memikirkan tentang kehebatan al-Fateh dan tenteranya... suatu ketika, dalam perjalanan menuju ke Constantinople, tentera al-Fateh melalui sebuah kebun anggur yang besar dan buahnya sedang masak ranum. Namun, sebelum melalui kebun tersebut, al-Fateh telah mengingatkan tenteranya supaya jangan diambil anggur itu walaupun sebiji.
Perjalanan diteruskan hingga sampai di suatu tempat, mereka berehat. Setelah didirikan khemah dan berehat, pembantu al-Fateh keluar dari khemah dengan wajah yang sugul dan memanggil semua tentera berkumpul. Para tentera diberitahu bahawa al-Fateh telah jatuh sakit. Setelah diteliti oleh tabib, ubat yang diperlukan adalah sebiji anggur. Maka dia bertanya kepada seluruh tentera, siapa yang mempunyai buah anggur, kerana jika tidak, mungkin al-Fateh akan terus sakit dan mati. Malangnya, tiada seorang pun tenteranya mempunyai buah anggur. Lalu tahulah al-Fateh, bahawa tenteranya bukan sahaja kuat dari segi fizikal, malah rohani mereka juga. Benarlah, tidak seorang pun dari tenteranya yang mengingkari perintahnya. Maka keluarlah al-Fateh dr khemah, dan memuji tenteranya dan menerangkan kepda mereka maksud sebenar.
Mampukah tentera kita menyaingi kehebatan tentera Islam di zaman al-Fateh

“Ustaz, saya dan tunang saya sudah hampir ke tarikh pernikahan kami. Tetapi tunang saya telah secara mendadak memutuskan pertunangan kami. Beliau bermimpi melihat seorang perempuan lain dan setelah beristikharah, beliau yakin perempuan itu adalah pilihan sebenarnya kerana ia muncul dengan petunjuk Allah. Bagaimana pandangan ustaz? Saya dan keluarga saya serta keluarga tunang saya sangat terkilan. Apakah benar saya sudah dikeluarkan daripada petunjuk Allah? Di mana silap saya, ustaz?”
Sepucuk emel dihantar kepada saya.
Beristighfar dan mengurut dada.
Percaya atau tidak, gejala ini semakin menjadi-jadi.
Malah di kalangan pelajar universiti, Istikharah semakin popular di dalam trend yang tersendiri. Ia diamalkan bagi ‘memaksa’ Allah membuat pilihan untuk mereka. Berbekalkan kejadian persekitaran atau mimpi yang disangka petunjuk, kadang-kadang ‘pilihan Allah’ itu adalah tunang orang, suami orang, malah ada juga isteri orang. Bertindak atas nama ‘petunjuk Allah’, tercetus permusuhan sesama anak Adam.
Apakah Allah, atau Syaitan yang memberikan ‘petunjuk’ penuh mudarat dan zalim itu?

MEMBELAKANGKAN ILMU
Penyakit besar yang melanda anak-anak muda terbabit ialah beribadah tanpa ilmu. Mereka melaksanakan Solat Istikharah berdasarkan saranan rakan-rakan yang juga melakukannya atas saranan kawan-kawan yang lain. Berapa ramaikah yang membuka kitab Fiqh atau belajar mengenai Solat itu dan ibadah yang lain melalui para ustaz dan alim ulama’?
Keadaan ini menjadi lebih bermasalah apabila ada pula agamawan yang mengesyorkan panduan-panduan yang tidak berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Sunnah malah diajar pula kaifiyat yang sangat membuka ruang manipulasi Syaitan dalam mengaburi pertimbangan anak Adam.
Mengira huruf tertentu di dalam Surah, menyelak secara rawak mushaf dan mencari petunjuk di muka surat yang terbuka, juga paling banyak meniti di minda ialah menanti mimpi yang menjawab permintaan.
Ia mengingatkan saya kepada pandangan Sheikh Saleem bin Eid al-Hilali di dalam kitab Bahjah al-Nadzireen syarah kepada Riyadh al-Sholiheen:
“Ada sesetengah orang berpendapat, “sesudah mengerjakan solat serta Doa Istikharah, akan muncullah nanti petunjuk dalam mimpinya, maka dia akan memilih sebagaimana yang ditunjukkan oleh mimpinya itu” Justeru ada sesetengah orang berwudhu’ dan kemudian melakukan Solat serta Doa Istikharah dan terus tidur (dengan meletakkan harapan  petunjuk datang melalui mimpi), malah ada juga mereka yang sengaja memakai pakaian berwarna putih kerana mengharapkan mimpi yang baik. Semua ini hakikatnya adalah prasangka manusia yang tidak berasas”
Menjadi satu keperluan yang sangat penting untuk kita kembali kepada maksud asal Solat Istikharah.
Istikharah itu bermaksud meminta bantuan daripada Allah untuk seseorang itu memilih di antara beberapa kemungkinan yang diharuskan oleh Syara’. Ada pun pilihan yang berada antara manfaat dan mudarat, apatah lagi Halal dan Haram hatta Makruh, maka tidak harus untuk Istikharah dilakukan kerana tindakan yang sepatutnya diambil sangat jelas iaitu pada meninggal dan menghindarkan pilihan yang tidak baik itu.
Sabda Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam:
“Hadith yang dikeluarkan oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya dengan sanadnya daripada Jabir radhiyallaahu ‘anhuma, beliau berkata:
Daripada Nabi sallallaahu ‘alayhi wa sallam Baginda bersabda:
Apabila sesiapa daripada kalangan kamu diberatkan oleh sesuatu maka hendaklah dia Rukuk dengan dua Rukuk (mengerjakan Solat dua rakaat) yang selain daripada Solat yang Fardhu (yakni mengerjakan Solat dua Rakaat dengan niat Istikharah).
Kemudian hendaklah dia berdoa: Ya Allah, aku beristikharahkan Engkau dengan ilmu-Mu dan aku juga memohon ketetapan dengan ketetapan yang bersandarkan kurniaan-Mu yang Maha Agung. Engkaulah yang Maha Menetapkan sedangkan aku tidak mampu untuk menetapkan. Engkau Maha Mengetahui dan aku pula tidak mengetahui. Engkaulah yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang tersembunyi. Ya Allah, jika pada ilmu-Mu sesungguhnya urusan ini – harus disebut hajat tersebut atau cukup sekadar meniatkannya kerana Allah Maha Mengetahui akan hajat itu – adalah baik untukku pada agama, kehidupan dan kesudahan urusanku (kini dan datang), maka tetapkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku. Kemudian berkatilah bagiku di dalam pilihan ini. Dan andaikata pada ilmu-Mu sesungguhnya hal ini adalah buruk bagiku pada agama, kehidupan dan kesudahan urusanku (kini dan akan datang), maka hindarkanlah ia daripadaku dan hindarkanlah aku daripadanya. Tetapkanlah bagiku kebaikan dan jadikanlah aku redha dengannya.
ANTARA ISTIKHARAH DAN ISTISYARAH
Istikharah itu mempunyai gandingan yang memberi tambahan kemudahan. Ia dikenali sebagai Istisyarah.
Istisyarah ini bermaksud meminta pendapat mereka yang boleh dipercayai untuk membantu seseorang itu membuat keputusan.
Sheikh al-Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah pernah berkata:
“Tidak akan menyesal seorang yang beristikharah kepada al-Khaliq (Allah) serta bermesyuarat dengan para Makhluq, serta tetap pendirian dalam keputusannya”
Biar pun para Ulama berselisih pendapat tentang mana yang patut didahulukan antara Istisyarah dan Istikharah, ia tidak menjejaskan bahagian yang perlu dimainkan oleh seorang manusia dalam proses dirinya membuat keputusan. Sebelum sampai kepada pertimbangan memilih antara dua kebaikan, seseorang yang berhajat itu mestilah mempunyai asas dalam penilaiannya agar pilihan yang ada di depan matanya adalah antara dua perkara yang harus serta sama baik. Sudah tentu, hal ini juga memerlukan dirinya untuk mengambil bahagian dengan berusaha.
Setelah beristikharah, namun hati masih berada di dalam ketidak pastian, harus baginya untuk mengulangi Solat dan Doa Istikharah itu hingga beroleh ketetapan hati dalam membuat keputusan. Di samping itu juga, dia dianjurkan beristisyarah, yakni meminta pendapat individu-individu yang dipercayai integriti dan kemahirannya dalam urusan tersebut, agar keputusan boleh dibuat.
Titik pentingnya ialah, keputusan hendaklah kita yang berhajat itu melakukannya dan bukan menyerahkan kepada Allah untuk membuat keputusan itu dan menampakkanya melalui petanda-petanda yang dicari. Di sinilah ruang untuk fitnah berlaku apabila dalam suasana hidup kita yang dibelenggu oleh pelbagai maksiat serta Iman yang teruji, kita membuka suatu ruang kosong untuk dicelah oleh tipu helah Syaitan.
Tambahan pula dalam keadaan jiwa anak muda yang selalu lemah untuk menolak kehendak diri dan sering terdorong mengikut kemahuan. Jiwanya tidak bulat meminta kepada Allah, sebaliknya bermain helah untuk mengharapkan Allah menyokong kecenderungan dirinya sendiri.
Berhentilah mencari mimpi.
Berhentilah menunggu petanda.
Beristikharah memanggil kebersamaan Allah dalam keputusan yang kita buat. Kita yang membuat keputusan itu, dengan keyakinan hasil Istikharah, bahawa keputusan yang kita buat itu adalah dengan kebersamaan Allah. Jika di kemudian hari, pada pilihan yang dibuat itu, datang mehnah yang menguji kehidupan, kita tidak akan berfikiran negatif malah berusaha untuk mencari sisi-sisi positif pada apa yang berlaku kerana keputusan yang dibuat dahulu itu adalah dengan kelengkapan Syariatullah (Istikharah) serta Sunnatullah (Istisyarah – Ikhtiar Usaha).
Pertimbangkanlah… seandainya pilihan yang disangkakan petunjuk daripada Allah itu mencetuskan mudarat, permusuhan, meninggalkan yang afdhal dan mengambil yang mafdhul… berhati-hatilah.
Ia mungkin mainan Syaitan.
“Sebahagian (daripada umat manusia) diberi hidayah petunjuk oleh Allah (dengan diberi taufiq untuk beriman dan beramal soleh); dan sebahagian lagi (yang ingkar) berhaklah mereka ditimpa kesesatan (dengan pilihan mereka sendiri), kerana sesungguhnya mereka telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin (yang ditaati) selain Allah. serta mereka pula menyangka, bahawa mereka berada di dalam petunjuk hidayah” [Al-Aa'raaf 7: 30]
KESIMPULAN
  1. Hindarkan diri daripada kesukaran menetapkan pendirian dalam kehidupan. Was-was adalah permainan Syaitan dan penyakit jiwa yang mengundang bahaya.
  2. Dalam hal-hal yang tiada keraguan dalam membuat pilihan keputusan, ia tidak berhajatkan kepada Istikharah.
  3. Ketika berdepan dengan pilihan yang sukar ditentukan, gunakan pertimbangan diri untuk melihat buruk baiknya.
  4. Jika jelas mudarat atau sudah ditentukan Haram hukumnya, maka tidak harus beristikharah.
  5. Pada perkara yang sukar untuk dibuat keputusan, beristikharahlah kepada Allah mengikut kaifiyat Solat Istikharah dan Doa yang Ma’thur daripada Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam.
  6. Istikharah boleh diulang beberapa kali hingga beroleh ketetapan hati untuk membuat keputusan.
  7. Di samping itu juga beristisyarahlah dengan meminta pandangan pihak yang boleh dipercayai kewibawaannya.
  8. Petunjuk daripada Allah ialah kemampuan hati untuk tetap pendirian membuat keputusan.
  9. Hindarilah perbuatan menunggu mimpi atau petanda berbentuk isyarat kerana ia sangat terbuka kepada belitan Iblis.
  10. Jauhi Bid’ah dan Syirik.
  11. Setelah keputusan dibuat, bertawakkallah kepada Allah dan tenang dengan keputusan itu.
  12. Seandainya timbul cabaran atau muncul sisi kekurangan pada pilihan yang dipilih, tiada fikiran negatif muncul kerana yakin adanya hikmah dan kebaikan daripada Allah.
  13. Istikharah terbuka kepada apa sahaja urusan kehidupan yang berada di dalam ruang lingkup keharusan Syara’ dan salah jika hanya dilihat sebagai mekanisme jodoh.
  14. Rujuklah kitab-kitab Fiqh serta panduan Sunnah dalam urusan Istikharah serta ibadah-ibadah yang lain.
  15. Melakukan ibadah dengan hanya berpandukan hearsay adalah pintu kebinasaan dalam beragama.
ABU SAIF @ www.saifulislam.com
68000 AMPANG
Sultan Muhammad Al-Fateh dididik oleh dua orang ulama, iaitu As-Syaikh Syamsuddin Al-Wali dan As-Syaikh Al-Bayram. Walaupun tidak berstatus ulama, tetapi Sultan Muhammad Al-Fateh amat patuh kepada Allah SWT, sehingga sejarah membuktikan bahawa beliau merupakan salah seorang tokoh politik yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Di kala beliau hendak melakukan serangan terhadap Kota Konstentinopel, beliau membaca hadis Nabi SAW yang menyebut bahawa kota Konstentinopel akan dikuasai oleh Islam, di kala raja yang menyerang itu adalah raja yang baik, disamping tenteranya juga adalah tentera yang baik. Merenung dan mentadabburkan hadis itu, menyebabkan Sultan Muhammad Al-Fateh telah berusaha hendak menjadikan dirinya sebagai orang yang baik.

Adapun tentera-tenteranya, Sultan Muhamad Al-Fate
h telah membawa mereka ke satu kepulauan untuk diadakan latihan di sana. Dalam latihan itu, diberi penekanan dari sudut jasmani dan rohani. Pada siangnya, mereka ditadribkan dengan latihan ketenteraan. Pada sebelah malamnya pula, mereka ditarbiyyah dengan tahajud dan baca Al-Quran. Sultan Muhammad Al-Fateh tidak membiarkan latihan itu diserahkan kepada ketua perang yang dilantik, bahkan baginda Sultan sendiri menghadiri latihan ketenteraaan tersebut.

Pada siangnya, Sultan Muhammad Al-Fateh berada di atas kuda memerhatikan latihan ketenteraan yang dilibatkan kepada tentera-tenteranya. Pada waktu malamnya pula, Sultan Muhammad Al-Fateh sendiri berjalan menyiasat di khemah-khemah tentera, apakah mereka bertahajud dan baca Al-Quran atau tidak.
Setelah sekian lama berada dalam latihan tersebut, Sultan Muhammad Al-Fateh masih sangsi terhadap ketaqwaan yang wujud dalam diri para tenteranya.
Bagi memastikan ketaqwaan tenteranya itu, pada suatu malam, Sultan Muhammad Al-Fateh sendiri telah memanggil dua orang tenteranya yang berjawatan rendah. Setelah memanggil dua orang tenteranya itu, baginda menyuruh agar mereka mencari sebuah biji delima pada malam itu juga, kerana sultan muhammad Al-Fateh mahu memakannya.


Dua tentera tersebut mencari kebun delima dalam pulau tersebut, dan ternyata mereka ketemui kebun delima, tetapi menyedihkan mereka tidak bertemu tuan kepada kebun tersebut.
”kalau kita tidak jumpa juga tuan kebun delima ini, kita ambil je buah delima ini. lagi pun, kerajaan ini adalah kerajaan Sultan Muhammad. Buah delima ini pula, hendak di makan oleh sultan Muhammad. Kalau tuan kebun ini marah, pasti dia tidak boleh berkata apa-apa” kata salah seorang tentera tersebut kepada kawannya. kawannya itu terkamam dan diam sekejap seakan-akan berfikir.


Sedetik kemudian dia bersuara, ”mana boleh.. memang kerajaan ini adalah kerajaan Sultan Muhammad, tetapi jika kita berbuat demikian, sudah pasti perbuatan ini adalah mencuri. Buah curi adalah makanan haram. Aku tidak redha sultan aku makan makanan yang bersumber dari yang haram”
tentera tersebut diam seribu bahasa dan akur dengan apa yang diungkapkan oleh kawannya itu.


Disebabkan tidak berjumpa dengan tuan kebun delima, maka kedua-dua tentera tersebut pulang tanpa membawa apa-apa pun.
Ketika sampai berhadapan dengan Sultan Muhammad Al-Fateh, baginda Sultan bertanya, “manakah buah dilema yang aku pesan?” “kami berjumpa dengan kebun delima, tetapi kami tidak ketemui tuan kebun tersebut” jawab salah seorang dari kedua-dua tenteranya dengan tegas. “mengapa kamu tidak mengambil buah delima itu sahaja. Bukankah kamu tahu bahawa kerajaan ini adalah kerajaan aku?” soal Sultan Muhammad Al-Fateh lagi.


Seorang lagi dari kedua-dua tentera itu menjawab, “pada peringkat awalnya, kami memang mahu mengambilnya tanpa meminta izin. Tetapi, kami tidak redha sultan kami makan
makanan haram, justeru kami tidak mengambil buah tanpa keizinan tuan kebun delima itu, kerana itu adalah tindakan mencuri yang diharamkan oleh Allah SWT”. Sultan muhammad Al-Fateh dengar jawapan kedua-dua tentera bawahannya itu. Memahami dari itu, Sultan Muhammad terus beranggapan bahawa tenteranya adalah tentera yang baik, sesuai dengan pesanan nabi SAW yang mengatakan, kota konstentinopel akan dikuasai oleh raja yang baik dan tentera yang baik. Dengan kejayaan tadridiyyah badaniyyah dan tabiyyah ruhaniyyah ini, menyebbakan Sultan Muhammad Al-Fateh mengarahkan tentera-tenteranya untuk memulakan rancangan menyerang Kota Konstentinopel dan akhirnya tentera Islam pimpinan Sultan Muhammad Al-Fateh menang.


Hebatnya kepimpinan Sultan Muhammad Al-Fateh dalam mengurus tenteranya. Ekoran itulah, t
idak hairan perttolongan Allah berikan kepada tentera Sultan Muhammad sehingga mencapai kemenangan.

Apakah wujud lagi kehebatan pemimpin seperti Sultan Muhammad Al-Fateh??
Semoga kita Wahai Pemuda akan berusaha merealisasikanya kalau dahulu Sultan Muhammad Al-Fateh membebaskan Kota Konstentinopel ke tangan kuasa umat Islam. Hari ini Al-Fateh kedua akan membebaskan Malaysia dan dunia agar terwujudnya Khilafah yang diimpikan oleh seluruh Pecinta Kemenangan Islam Akhir Zaman.